Guna mendorong masyarakat Desa Wisata Banyuresmi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten agar semakin kompeten dalam mengembangkan usaha di bidang Pariwisata, Sejumlah Dosen Prodi D3 Manajemen Pemasaran Untirta melakukan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan tema “Pengembangan Kompetensi Pemasaran pada Desa Wisata Kampung Bambu Banyuresmi, Pandeglang” pada hari Jumat, 21 Agustus 2020.
Adapun tim Pengabdian Masyarakat dari Prodi D3 Manajemen Pemasaran ini terdiri dari Diqbal Satyanegara, S.E., M.Si., Widya Nur Bhakti Pertiwi, S.M.B., M.M., dan Fadhilah, S.I.Kom., M.M.
Pelatihan ini merupakan salah satu rangkaian dalam kegiatan Pendampingan Desa Wisata yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, yang dihadiri oleh para stakeholder dan warga Desa Banyuresmi yaitu; Bappeda Kabupaten Pandeglang, Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Pokdarwis SMS, Bumdesma Mina Agro Wisata, Kepala Dusun Darepa, dan juga para pengrajin emping dari desa Banyuresmi.
“Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemasaran para pengelola desa wisata, khususnya dalam meningkatkan keunggulan bersaing produk lokal yang dihasilkan oleh warga sekitar” tutur Diqbal Satyanegara selaku ketua tim pengabdian masyarakat.
Menurutnya, hal ini penting lantaran masalah utama yang dihadapi oleh kelompok sadar wisata Surya Mandiri Sejahtera (Pokdarwis SMS) sebagai pengelola, yaitu masalah pemasaran untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Kegiatan pelatihan ini terdiri dari dua rangkaian kegiatan, yaitu pemaparan materi mengenai Rencana Aktivitas Penjualan, Melakukan Pendekatan kepada Calon Pelanggan Potensial, Melaksanakan Komunikasi Efektif, dan Mengidentifikasi Elemen Pemasaran yang kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) oleh para peserta pelatihan.
Dalam FGD tersebut, didapatkan berbagai masukan dan keinginan warga terkait kondisi dan pengembangan destinasi Wisata Kampung Bambu Banyuresmi. Para pengelola desa wisata mengungkapkan bahwa mereka menemui kesulitan dalam hal promosi, selain itu para pengrajin emping juga menemui kesulitan dalam hal pemasok buah melinjo.
Dengan kemampuan mengidentifikasi elemen pemasaran mulai dari penetapan target konsumen, maka para pengelola dapat menentukan strategi promosi yang tepat untuk meningkatkan pengunjung ke Desa Wisata Kampung Bambu. Serta membentuk pola rantai nilai antara Bumdesma, Pokdarwis, hingga para pengrajin emping dalam produksi olahan melinjo sebagai bagian produk lokal yang dihasilkan oleh warga Desa Banyuresmi.
Setelah menjalani pelatihan, diharapkan para pengelola dan warga Desa Wisata Banyuresmi memiliki keunggulan kompetitif di bidang pemasaran jasa serta produk pariwisata, sehingga mampu meningkatkan pengunjung ke desa tersebut, yang pada akhirnya akan tercapai kemakmuran masyarakat desa Banyuresmi.
Sementara itu, Abdul Azis dari Bappeda Pandeglang mengaku sangat senang dan mengucapkan terima kasih atas pelatihan yang telah diberikan dalam membantu pengembangan Desa Wisata Banyuresmi, sambil menutup kegiatan tersebut. (Fad)