Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untirta Mengadakan International Visiting Professor

Diposting pada

Sindangsari, Serang – Banten, Fakultas Ekonomi dan Bisnis menyelenggarakan kegiatan International visiting professor yang dilaksanakan pada 23 November 2023. Kegiatan ini merupakan kegiatan tindak lanjut dari penandatanganan MOU antara Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan Mindanao State University, Philipines, Iqra School of Business University Geomatika Malaysia, DRB-Hicom University of Automotive Malaysia, dan Asia e University, Malaysia.

Pelaksanaan kegiatan visiting professor diantaranya dihadiri oleh Prof. Dr. Tulus Suryanto, MM, Akt, CA (UIN Raden Intan Lampung, Indonseia), Prof. Dr. Abaidullah Mustaffa (Universiti Geomatika Malaysia), Prof. Dr. Anwar M. Radiamoda (Mindanao State University, Philipines), Ts. Dr. Ong Huei Ruey (DRB-Hicom University of Automotive Malaysia), dan Dr. Kϋrzat (Tϋrkiye). Dalam sambutannya Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. H. Ahkmadi, SE., MM mengatakan bahwa kegiatan visiting professor ini adalah moment yang sangat bermanfaat terutama bagi mahasiswa-mahasiswa di FEB untuk bisa menggali ilmu dan mempelajari lebih dalam lagi terkait isu-isu global yang sedang banyak diperbincangkan. Dengan mengusung tema The Dynamization Between Environmental Issues and Sustainable Technologies for Increase Economic Growth, antuisasme mahasiswa kelas international dari berbagai jurusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk saling berdiskusi sangat tinggi.

Penyampaian materi dan diskusi oleh Professor Dr. Anwar M. Radiamoda dan Dr. Ong Huei Ruey

 

Secara ekonomi, globalisasi telah memfasilitasi penyebaran teknologi baru dari negara maju ke negara berkembang. Namun, kurangnya kapasitas teknologi dan kapasitas negara-negara untuk mendorong sistem inovatif sering kali menghalangi difusi ini untuk mewujudkan peluang pertumbuhan yang nyata. Oleh karena itu, intervensi yang tepat diperlukan untuk mendukung inovasi dan memperkuat proses mulai dari penemuan teknologi hingga penggunaannya oleh perusahaan, seperti yang terjadi di beberapa negara, seperti Tiongkok dan Republik Korea.

Secara sosial, meskipun teknologi memperbaiki kondisi kerja secara umum, penggantian manusia dengan mesin pada akhirnya dapat menyebabkan berkurangnya lapangan kerja. Laporan tersebut menekankan bahwa inovasi teknologi dapat memitigasi dampak ini dengan menciptakan pasar baru, misalnya industri pengelolaan limbah dan daur ulang, menurunkan harga barang konsumsi dan menciptakan peluang investasi baru dengan tingkat profitabilitas yang tinggi. Dari segi lingkungan, diperlukan tindakan global yang terpadu untuk mengurangi emisi karbon dan menstimulasi penciptaan dan penyebaran kemajuan teknologi yang ramah lingkungan.

Dalam diskusinya Prof. Tulus menambahkan bahwa “Teknologi bukanlah segalanya, namun hanyalah sebuah alat. Teknologi membantu pertumbuhan ekonomi namun pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak menjamin masyarakatnya sejahtera.”