FEB Untirta mengutus Agus David Ramdansyah, Ph.D, salah satu dosennya, untuk mengikuti program Peningkatan Keterampilan Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada tanggal 20 s.d. 24 Juni 2019 ke negara Taiwan. Program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Tenaga Kerja dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Dalam kesempatan itu turut serta utusan dosen FKIP Untirta yaitu Dr. Firman Hadiansyah. Kehadiran kedua dosen Untirta dalam tim diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan perspektif lain yang dapat menjadi masukan dan rekomendasi bagi pengambil kebijakan dalam meningkatkan skill PMI, sehingga mereka kelak tidak lagi menjadi “the 2nd class worker” bahkan kelak dapat menjadi wirausahawan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja sekembalinya ke Tanah Air.
Sebagaimana diketahui, Taiwan merupakan Negara terbesar ke-2 setelah Malaysia yang dijadikan sebagai pilihan bagi PMI untuk bekerja. Sebaran kerja PMI di tiap Negara memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan sehingga dibutuhkan kehadiran negara untuk memperhatikan dan memfasilitasi warganya. Berdasarkan data BNP2TKI, dari total jumlah penempatan PMI Taiwan pada tahun 2014-2018 sebanyak 1.486.529 orang, memiliki latar belakang pendidikan SD setara 492.535 orang, SMP setara 554.769 orang, SMA sederajat 397.536 orang, Diploma 32.148 orang. Selebihnya sarjana dan pascasarjana sejumlah 9.541 orang.
(Foto : Menjajaki kerjasama di kampus Yuan Ze University untuk kebutuhan peningkatan skill PMI)
(Foto : Coaching Mindset bagi PMI)
Berdasarkan pada data Ministary of Labour Taiwan tahun 2016, PMI yang bekerja di sektor pertanian, perhutanan dan perikanan berjumlah 6.989 orang, manufaktur 53.347 orang, konstruksi 1.309 orang, kesehatan, pekerja sosial dan jasa lainnya sejumlah 183.535 orang. Sementara itu berdasarkan data MoL per April 2019 tercatat total 270,890 orang, yang bekerja di sektor konstruksi 482 orang, ABK 9.047 orang, pekerja sosial (nursing, home-maids) 198.857 orang.
Jumlah yang cukup besar itu akan menjadi persoalan baru ketika PMI sudah tidak memiliki ikatan kerja. Kepulangan mereka ke Indonesia akan berdampak pada membengkaknya jumlah pengangguran jika tidak dipersiapkan dengan baik. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan skill PMI sehingga mereka bisa bersaing dengan warga Negara lain dalam mengisi kebutuhan kerja yang lebih baik dari pekerjaannya sekarang ini, sebab berdasarkan data terakhir, PMI masih banyak di sektor pekerja sosial.
Demikian Agus David bercerita dengan intonasi yang halus dan mimik yang sangat serius. (adr/fs)
(Foto : Kunjungan ke salah satu panti jompo tempat PMI bekerja sebagai “caregiver”)
(Foto : Kunjungan ke salah satu Industri biji tembaga tempat PMI bekerja)