GUEST LECTURE LIQUEFIED NATURAL GAS (LNG) SUPPLY CHAIN

Diposting pada

Pada kegiatan guest lecture kali ini, FEB Untirta menggundang PT. PGN LNG Indonesia untuk memberikan insight mengenai rantai pasokan LNG di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh Direktur Keuangan dan Adminstrasi, Sahat Simarmata;  Manager Operasi dan Pemeliharaan, Daryanto; Ketua Jurusan Manajemen, Bambang Mahmudi; dan dibuka langsung oleh Wakil Rektor IV bidang Kerjasama, Prof. Ir. Katrina. Acara ini diinisiasi oleh Career Development Centre  (CDC) FEB Untirta dan mengangkat tema LNG Supply Chain yang diadakan pada tanggal 7 Desember 2018.

Apa itu LNG ?

Liquefied Natural Gas (LNG) merupakan salah satu bentuk gas bumi yang dihasilkan dari proses eksplorasi. Berbeda dari Petroleum Natural Gas (LPG) yang biasa kita gunakan sehari-hari, LNG terbentuk dari (95%) gas Methane, sedangkan LPG adalah produk sampingan dari proses refinery minyak bumi yang terbentuk dari Propane dan Butane.  Perbedaan inilah yang menjadikan LNG sebagai sumber energi yang paling ramah lingkungan karena tidak menghasilkan subtansi karbon dalam sisa hasil pembakarannya.

 

Mengapa LNG Penting?

Dalam pembukaannya, Gerry Ganika, dosen FEB Untirta, merujuk data yang dirilis oleh International Gas Union (IGU), yang menyebutkan total LNG yang diperdagangkan dalam 10 tahun terakhir terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah negara yang beralih menggunakan LGN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil gas alam terbesar dunia, dengan cadangan gas alam mencapai 146 trillions of standard cubic feet (TSCF), dan saat ini menjadi negara pengekspor LNG terbesar ke-5, dan berhasil mengekspor 16,2 MTPA dengan market share 5,5%, diatas Amerika yang menguasai market share 4,5% LNG dunia. Jika merujuk pada pengalaman Qatar yang berhasil menjadikan LNG sebagai leverage point dalam membangun negaranya, maka Indonesia memiliki potensi yang sama untuk membangun negara dengan cadangan LNGnya, imbuh Gerry.

Rantai Pasok LNG

PGN LNG Indonesia adalah salah satu anak perusahaan PT. PGN yang khusus menanggani tata kelola distribusi dan transportasi LNG di Indonesia. Daryanto, Manajer Operasi dan Pemeliharan, menjelaskan, secara umum rantai pasokan LNG terdiri dari tiga bagian mata rantai yang tidak bisa dipisahkan, yakni upstream, midstream dan downstream business. Pada mata rantai pertama yakni upstream; terdiri perusahaan-perusahaan yang melakukan dua kegiatan utama yakni eksplorasi dan produksi LNG. Kegiatan eksplorasi ini berupa kegiatan yang dilakukan untuk mencari sumber-sember cadangan LNG dan kemudian dilakukan pengeboran dan kegiatan produksi. Mata rantai kedua adalah midstream, terdiri perusahaan yang kegiatan utamanya untuk transportasi dan distribusi LNG hasil produksi. Proses distribusi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pipa distribusi dan transportasi darat menggunakan truk tangki. Pada rantai ketiga yakni downstream, terdiri dari perusahaan-perusahaan yang kegiatan utamanya untuk menyalurkan LNG kepada para pengguna sebagai bahan baku atau bahan bakar penunjang produksi. Secara garis besar, kegiatan bisnis pada bidang LNG ini terdiri dari proses exsplorations and production à liquefaction à distribution and transportation à storage dan regasification. Seluruh kegiatan ini seluruhnya telah dikelola oleh PT. PGN melalui beberapa anak perusahaannya.

Proses inti dari distribusi LNG adalah tahap liquefaction; pada proses ini gas methane diubah menjadi cair dengan cara dibekukan pada suhu (minus) -162 derajat celcius, sehingga volume gas methane dapat dipadatkan menjadi 600 kali lebih kecil dari ukuran pada saat berbentuk gas. Proses ini dilakukan untuk mempermudah proses distribusi dan meningkatkan efisiensi. Setelah diubah menjadi cair, LNG didistribusikan dan disimpan dalam tangki khusus biasanya disebut ISO tank,  sebelum dimanfaatkan oleh pengguna. Pada saat akan digunakan atau diistribusikan kepada pengguna, LNG diubah kembali menjadi gas atau dikenal sebagai proses regasification.

Penggunaan LNG di Indonesia

Struktur distribusi LNG di Indonesia sebenarnya telah terbentuk cukup baik, melalui PT. PGN, mata rantai distribusi ini terus dibenahi. Jaringan pipa distribusi gas bawah laut yang menyalurkan LNG antar pulau, jaringan pipa darat dari Merak hingga ke Cirebon, dan jaringan pipa distribusi ke perusahaan-perusahaan yang menggunakan LNG sebagai bahan bakar produksi seperti PLN untuk pembangkit listrik. Di Bandung, sebuah jaringan rumah makan siap saji telah memanfaatkan LNG sebagai bahan bakar untuk produksi. Di Bogor, melalui kerjasama dengan Pemda Bogor, hampir seluruh angkutan umumnya telah menggunakan bahan bakar gas. Jika dilihat dari harga, LNG merupakan bahan bakar yang sangat murah bila dibanding dengan bahan bakar lainnya. Namun, pemanfaatan LNG untuk kendaraan secara nasional masih sangat rendah yakni diangka 0,01% dari total penggunaan bahan bakar secara nasional. Mengingat potensi yang sangat besar dari LNG, maka pengelolaan dan pemanfaatannya menjadi sangat strategis. Oleh karena itu, pengelolaan rantai pasok LNG hingga penggunaannya sampai ke masyarakat perlu mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan.

 

(GG)